Selamat Datang di Fitra Blog Sharing Informasi Seputar Kehidupan dan Sains Semoga bermanfaat, terima kasih

Thursday 30 October 2014

Bencana dapat Dicegah, mungkinkah?

Akhir-akhir ini Indonesia sangat akrab dengan bencana, hal ini memaksa Pemerintah menjadikan bencana sebagai isu prioritas mulai dari pusat hingga ke daerah. Banyak Regulasi yang telah ditetapkan mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Aturan tertulis lainnya hingga pada pengalokasian anggaran yang cukup besar disiapkan untuk mengantisipasi dan menanggulangi bencana yang terjadi. Risiko bencana di Indonesia sangat beragam, mulai dari Bencana Gunung Meletus, Gempa Bumi, Tsunami, Tanah longsor, Kebakaran Hutan dan Lahan dan lain-lain.


Sementara itu hampir setiap tahun saat musim kemarau tiba Indonesia menjadi langganan bencana kebakaran hutan dan lahan. Kendati sering terjadi secara rutin, namun persoalan bencana kebakaran hutan dan lahan sangat sulit dikendalikan sehingga hampir dikatakan jenis bencana ini sangat sulit untuk dihindari. Para pakar berpendapat, bahwa sudah menjadi kodratnya Indonesia sebagai sebuah negara yang begitu elok namun ternyata menyimpan tingkat risiko terbesar di dunia terhadap multi-bencana. Hasil kajian menyebutkan bahwa letak geografis Indonesia berada pada garis katulistiwa dan diapit oleh dua samudera dengan karakteristik negara kepulauan itulah yang menyebabkan negeri ini berisiko tinggi terhadap multi-bencana, dengan simpulan akhir dinyatakan bahwa Indonesia adalah market-nya bencana.

BENCANA adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU.24/2007). Definisi bencana juga termuat dalam UNDP dimana disebutkan Bencana adalah suatu kejadian, yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan,  kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumberdayanya. Dari kedua definisi yang hampir persis sama tersebut sangat jelas bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang bersifat mengancam kehidupan, harta benda, dan kerusakan lingkungan dengan secara tiba-tiba ataupun perlahan-lahan.

Bencana dapat dicegah, mungkinkah? Pertanyaan ini memerlukan pemahaman yang sangat mendasar terkait  faktor-faktor penyebab bencana itu sendiri.  Dari definisi di atas, disebutkan bahwa setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan suatu bencana terjadi yaitu faktor Alam, non-Alam, dan ulah Manusia. Dari ketiga faktor tersebut, lebih lanjut dikatakan bahwa faktor Alam bisa saja diklaim sebagai salah satu faktor yang menyebabkan bencana, akan tetapi sesungguhnya faktor tersebut bukanlah alami, bisa jadi oleh kerusakan komulatif lingkungan alam secara masif dan terus-menerus yang menyebabkan alam menjadi tidak seimbang. Jika demikian, maka dapatkah dikatakan apabila bencana sebenarnya juga terjadi oleh adanya ketidakseimbangan alam? Mungkinkah Alam sendiri yang menciptakan ketidakseimbangan? Lalu siapa yang menyebabkan alam menjadi tidak seimbang? Inilah inti permasalahannya, bahwa faktor Alam yang ada berkaitan erat dengan penyebab lain yaitu ketidakseimbangan alam itu sendiri, yang pada akhirnya memicu sebuah peristiwa atau bencana. Jika pertanyaannya mungkinkah bencana dapat dicegah? Maka dari alur pemikiran di atas, jawabannya bisa mungkin bisa juga tidak. Kemungkinan bisa, apabila mampu menghilangkan atau mencegah terjadinya ketidakseimbangan alam. Bila ditarik kembali pertanyaan di atas, bahwa siapa sesungguhnya yang mampu melakukan pengrusakan terhadap keseimbangan alam, tentu hanya manusia yang bisa. Untuk itu tidaklah berlebihan jika upaya pencegahan sesungguhnya bisa dilakukan melalui pengurangan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan manusia terhadap pengrusakan lingkungan sekitarnya, agar keseimbangan alam tetap terjaga dan bencanapun dapat terhindarkan.

Dari uraian tersebut, sedikit memberikan gambaran tentang hakekat suatu bencana yang timbul yang disebabkan oleh faktor Alam. Selanjutnya, agar pemahaman menjadi tidak bias dan memiliki batasan yang jelas selanjutnya bencana akibat faktor Alam ini dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yang secara umum dikenal dengan sebutan Bencana Alam yang diakibatkan oleh gejala/peristiwa alam seperti gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (UU.24/2007). Kesemua bencana tersebut timbul baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba penyebabnya berasal dari alam, atau dengan kata lain alamlah yang menyebabkan bencana tersebut bisa terjadi. Selanjutnya, adapun keterkaitan dengan adanya campur tangan manusia melalui tindakan-tindakannya di atas yang menimbulkan ketidakseimbangan alam tentu memerlukan kajian yang lebih mendalam dan dalam kerangka ini, hanya ilmulah yang satu-satunya memiliki pendekatan objektif untuk menjelaskan secara ilmiah untuk merekomendasikan saran yang sangat berharga sebagai upaya kongkrit di dalam penanggulangan bencana alam.

Yang kedua yaitu faktor non-Alam. Dikatakan bahwa selain dari faktor Alam, bencana bisa timbul sebagai akibat dari adanya faktor non-Alam. Apa saja yang termasuk dalam faktor non-Alam ini sehingga memungkinkan bahkan dapat dipastikan timbulnya suatu bencana. Maka, kembali agar mempermudah pemahaman kita ada baiknya mengenal jenis bencana yang dikategorikan sebagai bencana non-Alam, bencana ini seperti bencana yang timbul akibat kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Kesemuanya merupakan jenis bencana yang disebabkan oleh faktor non-Alam. (UU.24/2007). Gagalnya teknologi dan modernisasi saat ini bukanlah hal yang sulit ditemui. Ilmu pengetahuan yang terus maju pesat tidak selamanya berhasil sesuai harapan, adakalanya mengalami kegagalan dan ini memberikan dampak buruk terhadap makhluk hidup dimuka bumi. Disatu sisi kehidupan manusia semakin mudah berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan ditemukannya berbagai fasilitas hidup yang setiap harinya sampai ribuan bahkan jutaan penemuan baru. Namun disisi lain, unsur hayati yang menjadi khas setiap makhluk hidup yang naturalistik lambat laun tergerus oleh berbagai efek buruk zat-zat radioaktif, kimia, nuklir dan sebagainya.

Selanjutnya ekspolarasi alam yang besar-besaran baik yang memberikan manfaat maupun yang tidak atau justru mengalami kegagalan dengan teknologi yang serba mutakhir telah menunjukan adanya ancaman serius bagi kehidupan. Banyak contoh dimana salah satunya beberapa waktu yang lalu dunia dikagetkan oleh hantaman sampah satelit dari angkasa luar, peristiwa semburan lumpur yang tidak kunjung tertangani hingga kini dan lain sebagainya. Fakta dilapangan tampak, lagi-lagi faktor non-Alam sebagaimana yang didefinisikan dalam definisi bencana di atas, tidak lain berasal dari manusia mengingat teknologi hanya dimiliki oleh manusia. Mungkinkah bencana dapat dicegah? Tentu jawabannya tergantung dengan manusianya, rasanya di era yang serba digital saat ini sangat sulit bagi kita untuk lepas dari teknologi. Namun menyadari atau tidak, teknologi yang terus dikembangkan akan terus menimbulkan sampah yang membebani bumi dan mencemari lingkungan alam sekitar apabila tidak mampu dikendalikan dengan baik. Konsep pengendalian diperlukan untuk mengimbangi kemajuan teknologi melalui pengembangan teknologi ramah lingkungan yang akhir-akhir ini semakin marak dikampanyekan.

Yang ketiga, yaitu faktor Ulah Manusia. Menurut definisi ini, bahwa bencana itu timbul dapat disebabkan oleh adanya Ulah manusia. Walaupun sebenarnya, dalam alur pemikiran di atas, secara tidak langsung manusia juga yang telah menyebabkan timbulnya faktor Alam maupun non-Alam. Akan tetapi, definisi bencana terkait faktor ini mungkin menghendaki adanya pemahaman yang lebih kongkrit dengan tujuan untuk mempertegas penafsiran supaya tidak hanya bersifat tersirat. Disadari memang, banyak sekali jenis bencana yang disebabkan oleh ulah manusia, seperti konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror (UU.24/2007). Bencana yang ditimbulkan oleh Ulah Manusia ini biasa dikenal dengan Bencana Sosial, karena secara karakteristik bencana melibatkan kekuatan massa. Walaupun kita tahu bahwa ada bencana Alam yang diakibatkan oleh ulah manusia seperti Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan. Peran manusia dalam kerangka ini hanya sebatas pemicu dalam kondisi Alam yang sedang rentan atau memiliki risiko terbakar. Ulah Manusia seperti yang ditemukan dalam beberapa kasus, bahwa hutan dan lahan sengaja dibakar dengan berbagai macam tujuan. Secara umum pembakaran hutan dalam rangka membuka lahan tersebut selain dipandang lebih murah dan praktis, adapun kebiasaan ini sangat sulit untuk dihilangkan.

Kembali ke bencana sosial di atas, faktor ulah Manusia menyebabkan bencana dapat menentukan secara langsung. Konflik, anarkis, dan teror yang bersifat massal mengancam jiwa, harta dan benda. Kekuatan massa yang besar dan timbul sewaktu-waktu tidak akan mudah ditangani dan dikendalikan. Sejarah manusia dari masa ke masa tidak terlepas dari konflik, baik vertikal maupun horizontal untuk dan atas nama sebuah peradaban besar manusia itu sendiri. Inilah yang mendasari konsep bencana dan dalam definisinya yang menitik-beratkan pada salah satu faktor penyebabnya adalah ulah manusia itu sendiri. Pengalaman masa lalu yang memenuhi unsur logika dapat dijadikan sebagai pertimbangan rasional (Djaali, 21012) dengan asumsi bahwa suatu konflik dapat dipastikan akan selalu ada dan bisa datang kapanpun selama peradaban manusia masih ada, dan itulah yang disebut sebagai bencana sosial. Maka dalam kerangka ini, manusia dituntut untuk saling menghargai satu sama lain, menghormati nilai-nilai luhur, dan mampu menciptakan suasana yang harmonis penuh kedamaian dan ketenangan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari uraian tersebut di atas, dapatlah dipahami bahwa Manusia memegang peran penting dalam persoalan bencana baik secara langsung maupun tidak langsung.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar